Minggu, 10 Februari 2019

Usaha cinta

Malam itu ku tundukkan kepalaku, sambil kutekan keningku. Aku berpikir bagaimana  caraku untuk mendapat uang. Setiap pagi aku berpakaian rapi lalu pergi melamar kerja. Puluhan kali aku melamar kerja tapi selalu ditolak. Aku tidak tau apa yang salah denganku dan kenapa mereka tidak menerimaku. Sesekali air mata menetes membasahi bajuku. Tubuhku kurus karena terlalu sering menahan lapar. Ku pejamkan mataku sambil berharap esok ku dapat pekerjaan yang layak.
  keesokan harinya, aku bangun dari kursi tempat aku melamun semalam. Suara dari perutku menghiasi pagiku. Ku ambil sisa-sisa uang di bawah kasurku. Kukumpulkan uang-uang itu. Setelah kuhitung jumlah uang itu hanya Rp 15.000. Kumasukan seluruhnya kedalam saku celanaku. Karena aku benar-benar lapar Aku pergi keluar dan berniat membeli makanan.
  Dalam perjalanan ke warung, Aku melihat seorang pengemis yang duduk di sebrang jalan. Dia sepertinya mudah sekali mendapat uang. saat itu aku berpikir bahwa apa aku harus mengemis untuk mendapat uang. Padahal aku masih muda dan sehat. Sesampai di warung nasi, Aku memesan sebungkus nasi dengan lauk sebuah tempe. Rasanya nikmat sekali entah karena aku benar-benar lapar atau memang masakanya enak. Dengan total harga Rp 5000 aku membayar ke ibu penjaga warung.
   Langkah demi langkah aku meninggalkan warung itu menuju rumah kecilku. Dalam perjalanan ada seorang wanita yang memanggilku. "Mas,Mas!" Serunya. kutengokan kepalaku sambil bertanya "Ada apa mbak?". "Maaf mas jika menganggu! boleh saya bertanya?" ucapnya. "oh enggak ganggu kok mbak. Mau tanya apa ya mbak?" jawabku. "Alamat ini dimana ya mas" sambil menunjukkan secarik kertas bertuliskan "gg mawar no 18". "oh, itu dekat pasar masuk ketimur sedikit. Kalau dari sini masuknya kekanan." ucapku. "Bisa di anterin gak mas? Soalnya saya dari tadi tanya orang cuma muter-muter doang." mintanya padaku. "yaudah ayo!" kataku. Kamipun berjalan menuju alamat itu.
  Saat di tengah jalan dia bertanya "Nama Mas siapa ya?". "Nama saya Reno Satriyo. Biasa dipanggil Reno. kalo namanya mbak siapa?". "oh,  Nama saya syifa khoirunisa. biasa dipanggil syifa" jawabnya. "Kesini mau nemuin siapa mbak?" tanyaku. "Mau ketemu paman saya mas, mau tinggal di rumahnya soalnya saya kuliah disini. Kamu tinggal dekat sini ya?" tanyanya. "oh, iya mbak, rumah saya ada di gang sebelah" jawabku. "oh, nggak usah pakai Mbak. syifa aja" ucapnya. "Iya"  jawabku. Tak terasa aku sudah sampai ke alamat itu. "Kita sudah sampai mbak" ucapku. "Oh, iya makasih mas." ucapnya sambil tersenyum manis ke arahku. "oke" ucapku. kuteruskan perjalananku kerumah.
   Sesampai di rumah aku masih berpikir bagaimana caraku untuk mendapatkan uang. Di sela-sela aku berpikir tentang uang aku juga memikirkan soal seorang Wanita yang ku antar tadi. Terlintas sebuah pikiran untuk memulai usaha dagang. Tapi seketika juga terpintas soal modal tak kumiliki. Ku ambil ponsel pintarku dan kunyalakan berharap mendapat inspirasi di Internet. Baru, sebentar membuka internet, ada sebuah pesan dari operator yang menandakan paket dataku habis. Ku letakkan lagi ponselku dan kubaringkan badan di tempat tidurku. Kupejamkan mataku untuk mencari inspirasi. Tak terasa aku malah tertidur.
  Saat bangun, Ku ambil ponselku kulihat jam sudah menunjukkan pukul 3 sore. Rambutku berantakan badanku juga bau, karena dari pagi aku belum mandi. Aku mengecas ponselku,buka baju, lalu ke kamar mandi. selesai mandi kucabut ponselku dan pergi keluar untuk mencari  wifi gratis di sebuah taman.
   Di taman, Aku duduk di kursi panjang yang berada di dekat air mancur. Kutelusuri di internet tentang usaha-usaha tanpa banyak modal. Sedang asyik aku membaca sebuah artikel tiba-tiba seseorang mengejutkanku dari belakang. Setelah kulihat ternyata dia adalah syifa. "ehh.. kamu" ucapku. "Kesini mau apa?" tanyaku "jalan-jalan aja" jawabnya. "oh.." jawabku. "kamu sendiri disini ngapain?" tanyanya. "wifi gratislah." jawabku. "ohh... syifa boleh ikut duduk gak?" pintanya. "Boleh-boleh, silahkan!" ucapku. kamipun saling ngobrol-ngobrol cukup lama. "Boleh minta no hpnya!" pintaku. "Boleh kok, siniin HP mu biar ku ketik."jawabnya. kuserahkan ponselku dan dia mengetik dan menyimpan nomornya. "kamu kerja ya disini?" tanyanya. "Niatnya sih gitu, tapi sekarang aku pengangguran." jawabku. "oh, Kamu asli sini?" tanyanya lagi. "Enggak, Aku aslinya dari kampung, Karena disana enggak ada kerjaan aku pergi kesini. dengan harapan pekerjaan yang lebih layak. eh.. taunya malah kayak gini. Ada niat mau balik ke kampung tapi belum sukses." jawabku.  "Kamu disini ngekos?" tanyanya. "Enggak, itu sudah jadi rumahku soalnya dulu dari kampung aku bawa duit banyak daripada ngekos mending kubelikan rumah meskipun kecil."jawabku. Dia diam tak berkata apa-apa. Tiba-tiba perutku bersuara. "kamu laper?" tanyanya. "ahh enggak kok." jawabku. "bentar ya ku beliin makanan dulu" ucapnya. "enggak usah repot-repot" ucapku. "enggak papa kok" ucapnya sambil berdiri. Aku hanya diam. Dia lalu pergi untuk membeli makanan. Tak berselang lama, dia datang membawa sekotak martabak. "ini, dimakan ya!" ucapnya. "makasih ya" ucapku. kami berdua pun menyantap martabak itu. Selesai makan aku bertanya "fa, kamu ada ide usaha gak buat aku". "Rumah kamu kan deket pasar dan taman kenapa gak berjualan aja." jawabnya. "Tapi, aku gak ada  modal" ucapku. "Kenapa kamu gak coba minjam di bank dengan jaminan rumahmu" jawabnya. "Iya juga ya tapi resikonya besar" kataku. "Ya, kalau mau maju, kamu harus berani ambil resiko lah." ucapnya. "iya sih.. tapi enaknya usaha apa?" tanyaku lagi. "ya terserah kamulah sesuai keahlian dan kenyamanan kamu." jawabnya. Aku melihat kotak dari martabak dan seketika terlintas untuk membuat dan menjualnya. "kamu bisa bikin martabak gak?" tanyaku. "Bisa tapi gak terlalu enak" jawabnya. "Besok bisa ajari aku?" tanyaku. "Besok sore bisa sih tapi aku gak tau rumahmu." jawabnya. "Nanti kalau pulang bakal melewati rumahku. Nanti kutunjukkan" ucapku. "Yaudah ayo kita pulang lagian udah mau gelap nih." ajaknya. Aku hanya mengangguk dan berdiri. Kuantarkan dia kerumah pamanya sambil ku tunjukkan rumahku.
  Aku berjalan pulang dengan penuh senyuman. Aku senang bisa duduk berdua dengan syifa aku juga senang karena aku sudah punya ide untuk usaha. Sesampai di rumah ku cas ponselku. kubaringkan tubuhku dan ku pejamkan mataku.
   Esok pagi setelah aku bangun, aku langsung mandi. selesai mandi, ku ambil sertifikat rumahku dan kumasukkan dalam tas kecil. Dengan pakaian yang rapi aku berangkat menuju bank untuk meminjam uang.
   Aku berjalan kaki dari rumah menuju bank yang jaraknya lumayan jauh dari rumahku. Di tengah perjalanan aku merasa lapar. karena sudah tidak tahan aku mampir di sebuah warung untuk membeli makanan. Uang Rp. 10.000 sisa makan kemarin kugunakan untuk membayar makanan itu. dengan total harga Rp. 8.000 maka uangku hanya tersisa Rp. 2000. Kuteruskan perjalanku menuju bank itu.
    Sesampai di bank. aku di sambut dengan ramah oleh seorang teller disana "Ada yang bisa saya bantu mas?" ucapnya. "Saya mau pinjam uang mbak bisa nggak?"jawabku. "Pinjamnya berapa mas?" tanyanya. "100 juta bisa nggak? jaminanya surat tanah dan rumah saya." ucapku. "Sebentar ya mas saya panggilkan bos saya dulu." ucapnya. Dia kebelakang untuk memanggil bosnya. Tak lama berselang bosnya dengan wajah yang ramah. "Mas yang mau pinjam uang ya" tanyanya. "iya pak" jawabku. "Coba saya cek dulu dokumen-dokumenya." pintanya. "ini pak" ucapku sambil menyerahkan dokumen-dokumen kepadanya. Dia mengecek sebentar dokumenku. "kalo ini Maksimal pinjamnya sebesar 40 jutaan mas." ucapnya. "iya deh gapapa" ucapku. "Masnya kerja apa" tanyanya padaku. "Oh, Saya nganggur mas ini aja mau bikin usaha." ucapku. "Oh gitu, Jadi gini Nanti Mas isi data diri dulu di sebelah sana, Nanti Masnya bikin ATM dulu dan nanti 90% uangnya masuk ATM itu" ucapnya sambil menyerahkan semacam formulir kepadaku. "Iya mas" ucapku. Aku pergi ke pojok bank dan mengisi formulir itu. "Ini Mas sudah saya isi" sambil kuserahkan formulir itu. "Tunggu sebentar Mas, silahkan duduk dulu." ucapnya. Aku duduk dan tak lama berselang teller perempuan tadi memanggil namaku "Reno Satriyo" ucapnya. Sontak aku berdiri dan maju. "silahkan di tanda tangani mas. Jadi tagihanya sebesar Rp 2.300.000/bulan selama dua tahun." ucapnya sambil menyerahkan surat bermaterai kepadaku. Tanpa basa basi kutandatangani surat itu. "tunggu sebentar ya mas, Atm nya bentar lagi jadi" ucap teller itu. Kembali aku duduk di kursi. "Reno Satriyo" panggilnya. Aku langsung maju. "Jadi 90% Uangnya masuk ATM mas. Ini yang 10% tunai." ucapnya sambil menyerahkan kartu ATM dan uang sejumlah Rp 4.000.000. "TerimaKasih mbak" ucapku. "sama-sama" ucapnya. Uang itu kumasukkan ke dalam tasku lalu bergegas pulang.
  Setelah dapat uang aku masih saja berjalan kaki menuju rumah. Di tengah perjalanan terlintas di pikiranku untuk membeli bahan-bahan untuk membuat martabak. Tapi yang tahu resepnya adalah Syifa dan berarti aku harus menghubunginya. Aku berhenti di sebuah warung lalu membeli pulsa untuk mengubungi syifa.
   Sesampai dirumah, kucabut charger dari ponselku lalu kunyalakan ponselku. Baru sebentar di nyalakan ponselku berdering yang menandakan pulsanya sudah masuk. Ku ketik pesan singkat untuk menghubungi syifa. "Bahan martabaknya apa aja syif? Aku Reno." Begitulah isi pesan singkat yang kukirimkan ke syifa. Sambil mengunggu balasan dari syifa aku berbaring di tempat tidur membayangkan wajah cantik syifa.

Next part 2 hehe..
 

Minggu, 13 Januari 2019

Cerpen cinta anak Sma

    Pertama Kenal Cinta

 

Suara berisik sepeda motor yang sedikit demi sedikit memenuhi tempat parkir sekolahku. Kuparkir motorku di dekat pintu keluar agar ketika pulang aku tak repot-repot mengeluarkanya. Baru beberapa langkah aku meninggalkam motorku, Aku di protes oleh seorang cewek yang akan memarkirkan motornya.

"Kalau parkir jangan disitu dong! Motormu menghalangi yang lain"

Protesnya.

"Aku datang lebih dulu ya terserah akulah"

Balasku.

"Yaudah, motormu geser dikit lah biar aku bisa parkir!"

Suruhnya.

Ku geser sedikit motorku lalu aku pergi ke kelas. Dari jarak yang lumayan jauh kulihat dia melepas helm dan maskernya yang membuat paras cantiknya terlihat jelas. Seketika aku merasa menyesal atas tadi yang kukatakan padanya dan kenapa tadi tak kutanyakan siapa namanya. Memang bukan pertemuan yang baik tapi itulah awal dari kisahku.

       Namaku Bagus, Aku duduk dibangku kelas XII IPS I. Aku merupakan anak yang lumayan pandai dikelas. Aku punya teman yang sangat akrab denganku yang bernama Adi. Adi adalah teman yang baik. Dari Adi juga aku mengetahui siapa cewek yang tadi. Nama cewek itu adalah Ifa.

     Ifa adalah anak kelas X IPS II. Nama lengkapnya Ifa ramadhani. Dia adalah adik kelas Adi saat masih SMP. Adi bilang rumahnya ada di belakang pasar. Ibunya berjualan baju sementara ayahnya berjualan daging di pasar. Adi juga memberiku nomor WhatsAppnya. Meskipun dia belum sempat ku hubungi.

     Sabtu malam 28 April 2018. Hari itu merupakan hari dimana aku pertama kali Aku menghubunginya. Sengaja kuhilangkan foto profilku agar dia tidak mengenaliku. Ternyata dia sudah mengenaliku karena Adi sudah menceritakan diriku padanya. Dia orang yang asyik saat di ajak berkirim pesan denganku. Sehingga timbul rasa nyaman dihatiku. Tak terasa sudah larut malam aku berkirim pesan denganya. Ku ucapkan selamat malam dan sampai bertemu lagi.

      Hari senin, Hari itu aku berangkat kesekolah dan memarkirkan sepeda motorku di tempat yang sama saat ku bertemu pertama kali dengan Ifa. Berharap agar aku dapat bertemu denganya, tapi ternyata dia sedang memarkir motornya di dekat pintu masuk. Dia melihatku sambil tersenyum. Dilapangan beberapa siswa sudah berbaris untuk melakukan upacara. Akupun bergegas menaruh tas dan pergi ke lapangan. Saat upacara diumumkan bahwa UAS akan dilaksanakan 2 minggu lagi. Biasanya banyak tugas yang harus dikumpulkan sebelum UAS.

    Bel pulang pun berbunyi. Aku pulang dengan membawa banyak tugas dari guru-guru yang harus dikumpulkan sebelum UAS. Rasanya risih ketika tugas menumpuk seperti ini. Di saat perjalanan pulang aku berpapasan dengan Ifa. Dia duduk di depan rumah dan sudah tidak memakai seragam sekolah. Mungkin dia pulang pagi atau sedang izin.

   Sesampai dirumah ku buka HP ku dan ku tanyakan pada Ifa. Kenapa tadi pulang lebih dulu. Dia bilang dia sedang tidak enak badan. Belum sempat kujawab, Dia menyuruhku datang kerumahnya untuk membantunya menyelesaikan tugas. Akupun berangkat kerumahnya dengan perasaan senang.

   Sesampai dirumah Ifa, aku disambut oleh bapak Ifa

"Temanya Ifa ya?"

Tanya bapak Ifa.

"Iya, pak"

Jawabku.

"Silakan masuk dik! dia ada tuh."

Suruhnya padaku.

Aku masuk ke rumah Ifa dan ifa langsung menyodorkan tugasnya kepadaku sambil senyum.

"Bantu aku ya kak!"

Ucapnya.

"Iya deh"

Kataku.

Karena tugas Ifa terlalu banyak, aku dan Ifa tidak langsung menyelesaikanya. Karena sudah Sore akupun pamit pulang dan kubawa beberapa tugas Ifa untuk Kukerjakan di rumah.

  Dalam 2 minggu aku membantu Ifa mengerjakan tugas-tugasnya sehingga beberapa tugasku belum ku kumpulkan. Beberapa guru memarahiku dan menghukumku. Tapi yang penting aku bisa dekat dengan Ifa.

  Ketika UAS berlangsung aku sama sekali tak berhubungan dengan Ifa karena masing-masing dari kami sibuk belajar. Di hari terakhir UAS aku di beri saran oleh adi untuk segera mengungkapkan cinta kepada Ifa. Aku bingung bagaimana cara mengungkapkanya. Karena aku belum pernah melakukanya.

  Hari minggu aku menghubunginya dan mengajaknya bertemu di taman kota. Di situ aku berencana mengungkapkan cintaku padanya. Ternyata dia mau dan hatiku merasa senang. Aku segera mandi, ganti baju, dan berangkat.

  Sesampai di taman aku melihat dia sudah duduk di bangku yang panjang. Aku menghampirinya dan menyapanya.

"Hai!"

Ucapku.

"Iya"

Balasnya.

"kenapa kamu ngajak aku kesini?"

Tanyanya.

"Aku ingin menyampaikan sesuatu"

Jawabku

"Apa?"

Tanyanya lagi.

"Aku mencintaimu."

Ucapku dengan gugup.

"Iya"

Balasnya sambil tersenyum. Dia memegang tanganku dan mengajakku jalan-jalan di sekitar taman. Haripun sudah mulai gelap, ku antarkan dia pulang. Aku juga pulang dengan perasaan yang sangat senang.

    Keesokan harinya tepatnya hari senin. Seperti biasa aku berangkat sekolah. Karena UAS sudah selesai jadi tidak ada upacara dan aku langsung masuk ke kelas. Ku kerjakan kembali tugas-tugasku yang belum ku kumpulkan.

    Setelah selesai dengan tugas-tugasku aku mengobrol dengan teman-temanku. Tiba-tiba saja ada yang menepuk pundakku. Kulihat kebelakang ternyata dia Ifa. Tanpa sepatah kata dia memberiku Jam tangan dan langsung pergi. Serentak teman-temanku bersorak

"Ciee."

Aku hanya bisa tersenyum karena itu.

Bel istirahat pun berbunyi, ada 3 orang yang masuk ke kelasku. Satu dari orang itu mencekik leher dan memukulku. Teman-temanku hanya diam.

"Ada apa ini?"

Tanyaku.

"Kamu sudah berani deket-deket dengan Ifa. Rasakan ini!"

Jawabnya sambil membentak.

"Kamu siapanya?"

Tanyaku lagi.

Dia tidak menjawab dan langsung memukulku. Kulepaskan cekikanya dan kubalas pukulanya. Kupukul dia berkali-kali hingga hidungnya berdarah. Kamipun jual beli pukulan. Tiba-tiba seorang guru melerai kami. Kamipun di seret ke ruang BK.

  Di ruang BK, guru juga telah memanggil Ifa. Saat itu aku tahu bahwa yang memukuliku adalah mantan pacarnya Ifa. Namanya Rendi dia kelas XII IPS II. Aku di jatuhi hukuman skorsing 7 hari dan Rendi terancam di keluarkan dari sekolah karena memang rendi yang mukul duluan. Tapi karena Rendi sudah kelas XII dan hampir lulus maka dia tidak jadi di keluarkan. Begitu masalah selesai aku dan rendi sepakat untuk berdamai.

  Sampai dirumah aku dimarahi orang tuaku. Tapi sekarang mereka sudah memaafkanku dan menganggap itu hanya kesalahan yang biasa terjadi. Hubunganku dengan Ifa juga baik-baik saja dan kami juga sering ketemu.

Bagus Satriyo.

Xl AK.A