Malam itu ku tundukkan kepalaku, sambil kutekan keningku. Aku berpikir bagaimana caraku untuk mendapat uang. Setiap pagi aku berpakaian rapi lalu pergi melamar kerja. Puluhan kali aku melamar kerja tapi selalu ditolak. Aku tidak tau apa yang salah denganku dan kenapa mereka tidak menerimaku. Sesekali air mata menetes membasahi bajuku. Tubuhku kurus karena terlalu sering menahan lapar. Ku pejamkan mataku sambil berharap esok ku dapat pekerjaan yang layak.
keesokan harinya, aku bangun dari kursi tempat aku melamun semalam. Suara dari perutku menghiasi pagiku. Ku ambil sisa-sisa uang di bawah kasurku. Kukumpulkan uang-uang itu. Setelah kuhitung jumlah uang itu hanya Rp 15.000. Kumasukan seluruhnya kedalam saku celanaku. Karena aku benar-benar lapar Aku pergi keluar dan berniat membeli makanan.
Dalam perjalanan ke warung, Aku melihat seorang pengemis yang duduk di sebrang jalan. Dia sepertinya mudah sekali mendapat uang. saat itu aku berpikir bahwa apa aku harus mengemis untuk mendapat uang. Padahal aku masih muda dan sehat. Sesampai di warung nasi, Aku memesan sebungkus nasi dengan lauk sebuah tempe. Rasanya nikmat sekali entah karena aku benar-benar lapar atau memang masakanya enak. Dengan total harga Rp 5000 aku membayar ke ibu penjaga warung.
Langkah demi langkah aku meninggalkan warung itu menuju rumah kecilku. Dalam perjalanan ada seorang wanita yang memanggilku. "Mas,Mas!" Serunya. kutengokan kepalaku sambil bertanya "Ada apa mbak?". "Maaf mas jika menganggu! boleh saya bertanya?" ucapnya. "oh enggak ganggu kok mbak. Mau tanya apa ya mbak?" jawabku. "Alamat ini dimana ya mas" sambil menunjukkan secarik kertas bertuliskan "gg mawar no 18". "oh, itu dekat pasar masuk ketimur sedikit. Kalau dari sini masuknya kekanan." ucapku. "Bisa di anterin gak mas? Soalnya saya dari tadi tanya orang cuma muter-muter doang." mintanya padaku. "yaudah ayo!" kataku. Kamipun berjalan menuju alamat itu.
Saat di tengah jalan dia bertanya "Nama Mas siapa ya?". "Nama saya Reno Satriyo. Biasa dipanggil Reno. kalo namanya mbak siapa?". "oh, Nama saya syifa khoirunisa. biasa dipanggil syifa" jawabnya. "Kesini mau nemuin siapa mbak?" tanyaku. "Mau ketemu paman saya mas, mau tinggal di rumahnya soalnya saya kuliah disini. Kamu tinggal dekat sini ya?" tanyanya. "oh, iya mbak, rumah saya ada di gang sebelah" jawabku. "oh, nggak usah pakai Mbak. syifa aja" ucapnya. "Iya" jawabku. Tak terasa aku sudah sampai ke alamat itu. "Kita sudah sampai mbak" ucapku. "Oh, iya makasih mas." ucapnya sambil tersenyum manis ke arahku. "oke" ucapku. kuteruskan perjalananku kerumah.
Sesampai di rumah aku masih berpikir bagaimana caraku untuk mendapatkan uang. Di sela-sela aku berpikir tentang uang aku juga memikirkan soal seorang Wanita yang ku antar tadi. Terlintas sebuah pikiran untuk memulai usaha dagang. Tapi seketika juga terpintas soal modal tak kumiliki. Ku ambil ponsel pintarku dan kunyalakan berharap mendapat inspirasi di Internet. Baru, sebentar membuka internet, ada sebuah pesan dari operator yang menandakan paket dataku habis. Ku letakkan lagi ponselku dan kubaringkan badan di tempat tidurku. Kupejamkan mataku untuk mencari inspirasi. Tak terasa aku malah tertidur.
Saat bangun, Ku ambil ponselku kulihat jam sudah menunjukkan pukul 3 sore. Rambutku berantakan badanku juga bau, karena dari pagi aku belum mandi. Aku mengecas ponselku,buka baju, lalu ke kamar mandi. selesai mandi kucabut ponselku dan pergi keluar untuk mencari wifi gratis di sebuah taman.
Di taman, Aku duduk di kursi panjang yang berada di dekat air mancur. Kutelusuri di internet tentang usaha-usaha tanpa banyak modal. Sedang asyik aku membaca sebuah artikel tiba-tiba seseorang mengejutkanku dari belakang. Setelah kulihat ternyata dia adalah syifa. "ehh.. kamu" ucapku. "Kesini mau apa?" tanyaku "jalan-jalan aja" jawabnya. "oh.." jawabku. "kamu sendiri disini ngapain?" tanyanya. "wifi gratislah." jawabku. "ohh... syifa boleh ikut duduk gak?" pintanya. "Boleh-boleh, silahkan!" ucapku. kamipun saling ngobrol-ngobrol cukup lama. "Boleh minta no hpnya!" pintaku. "Boleh kok, siniin HP mu biar ku ketik."jawabnya. kuserahkan ponselku dan dia mengetik dan menyimpan nomornya. "kamu kerja ya disini?" tanyanya. "Niatnya sih gitu, tapi sekarang aku pengangguran." jawabku. "oh, Kamu asli sini?" tanyanya lagi. "Enggak, Aku aslinya dari kampung, Karena disana enggak ada kerjaan aku pergi kesini. dengan harapan pekerjaan yang lebih layak. eh.. taunya malah kayak gini. Ada niat mau balik ke kampung tapi belum sukses." jawabku. "Kamu disini ngekos?" tanyanya. "Enggak, itu sudah jadi rumahku soalnya dulu dari kampung aku bawa duit banyak daripada ngekos mending kubelikan rumah meskipun kecil."jawabku. Dia diam tak berkata apa-apa. Tiba-tiba perutku bersuara. "kamu laper?" tanyanya. "ahh enggak kok." jawabku. "bentar ya ku beliin makanan dulu" ucapnya. "enggak usah repot-repot" ucapku. "enggak papa kok" ucapnya sambil berdiri. Aku hanya diam. Dia lalu pergi untuk membeli makanan. Tak berselang lama, dia datang membawa sekotak martabak. "ini, dimakan ya!" ucapnya. "makasih ya" ucapku. kami berdua pun menyantap martabak itu. Selesai makan aku bertanya "fa, kamu ada ide usaha gak buat aku". "Rumah kamu kan deket pasar dan taman kenapa gak berjualan aja." jawabnya. "Tapi, aku gak ada modal" ucapku. "Kenapa kamu gak coba minjam di bank dengan jaminan rumahmu" jawabnya. "Iya juga ya tapi resikonya besar" kataku. "Ya, kalau mau maju, kamu harus berani ambil resiko lah." ucapnya. "iya sih.. tapi enaknya usaha apa?" tanyaku lagi. "ya terserah kamulah sesuai keahlian dan kenyamanan kamu." jawabnya. Aku melihat kotak dari martabak dan seketika terlintas untuk membuat dan menjualnya. "kamu bisa bikin martabak gak?" tanyaku. "Bisa tapi gak terlalu enak" jawabnya. "Besok bisa ajari aku?" tanyaku. "Besok sore bisa sih tapi aku gak tau rumahmu." jawabnya. "Nanti kalau pulang bakal melewati rumahku. Nanti kutunjukkan" ucapku. "Yaudah ayo kita pulang lagian udah mau gelap nih." ajaknya. Aku hanya mengangguk dan berdiri. Kuantarkan dia kerumah pamanya sambil ku tunjukkan rumahku.
Aku berjalan pulang dengan penuh senyuman. Aku senang bisa duduk berdua dengan syifa aku juga senang karena aku sudah punya ide untuk usaha. Sesampai di rumah ku cas ponselku. kubaringkan tubuhku dan ku pejamkan mataku.
Esok pagi setelah aku bangun, aku langsung mandi. selesai mandi, ku ambil sertifikat rumahku dan kumasukkan dalam tas kecil. Dengan pakaian yang rapi aku berangkat menuju bank untuk meminjam uang.
Aku berjalan kaki dari rumah menuju bank yang jaraknya lumayan jauh dari rumahku. Di tengah perjalanan aku merasa lapar. karena sudah tidak tahan aku mampir di sebuah warung untuk membeli makanan. Uang Rp. 10.000 sisa makan kemarin kugunakan untuk membayar makanan itu. dengan total harga Rp. 8.000 maka uangku hanya tersisa Rp. 2000. Kuteruskan perjalanku menuju bank itu.
Sesampai di bank. aku di sambut dengan ramah oleh seorang teller disana "Ada yang bisa saya bantu mas?" ucapnya. "Saya mau pinjam uang mbak bisa nggak?"jawabku. "Pinjamnya berapa mas?" tanyanya. "100 juta bisa nggak? jaminanya surat tanah dan rumah saya." ucapku. "Sebentar ya mas saya panggilkan bos saya dulu." ucapnya. Dia kebelakang untuk memanggil bosnya. Tak lama berselang bosnya dengan wajah yang ramah. "Mas yang mau pinjam uang ya" tanyanya. "iya pak" jawabku. "Coba saya cek dulu dokumen-dokumenya." pintanya. "ini pak" ucapku sambil menyerahkan dokumen-dokumen kepadanya. Dia mengecek sebentar dokumenku. "kalo ini Maksimal pinjamnya sebesar 40 jutaan mas." ucapnya. "iya deh gapapa" ucapku. "Masnya kerja apa" tanyanya padaku. "Oh, Saya nganggur mas ini aja mau bikin usaha." ucapku. "Oh gitu, Jadi gini Nanti Mas isi data diri dulu di sebelah sana, Nanti Masnya bikin ATM dulu dan nanti 90% uangnya masuk ATM itu" ucapnya sambil menyerahkan semacam formulir kepadaku. "Iya mas" ucapku. Aku pergi ke pojok bank dan mengisi formulir itu. "Ini Mas sudah saya isi" sambil kuserahkan formulir itu. "Tunggu sebentar Mas, silahkan duduk dulu." ucapnya. Aku duduk dan tak lama berselang teller perempuan tadi memanggil namaku "Reno Satriyo" ucapnya. Sontak aku berdiri dan maju. "silahkan di tanda tangani mas. Jadi tagihanya sebesar Rp 2.300.000/bulan selama dua tahun." ucapnya sambil menyerahkan surat bermaterai kepadaku. Tanpa basa basi kutandatangani surat itu. "tunggu sebentar ya mas, Atm nya bentar lagi jadi" ucap teller itu. Kembali aku duduk di kursi. "Reno Satriyo" panggilnya. Aku langsung maju. "Jadi 90% Uangnya masuk ATM mas. Ini yang 10% tunai." ucapnya sambil menyerahkan kartu ATM dan uang sejumlah Rp 4.000.000. "TerimaKasih mbak" ucapku. "sama-sama" ucapnya. Uang itu kumasukkan ke dalam tasku lalu bergegas pulang.
Setelah dapat uang aku masih saja berjalan kaki menuju rumah. Di tengah perjalanan terlintas di pikiranku untuk membeli bahan-bahan untuk membuat martabak. Tapi yang tahu resepnya adalah Syifa dan berarti aku harus menghubunginya. Aku berhenti di sebuah warung lalu membeli pulsa untuk mengubungi syifa.
Sesampai dirumah, kucabut charger dari ponselku lalu kunyalakan ponselku. Baru sebentar di nyalakan ponselku berdering yang menandakan pulsanya sudah masuk. Ku ketik pesan singkat untuk menghubungi syifa. "Bahan martabaknya apa aja syif? Aku Reno." Begitulah isi pesan singkat yang kukirimkan ke syifa. Sambil mengunggu balasan dari syifa aku berbaring di tempat tidur membayangkan wajah cantik syifa.
Next part 2 hehe..